Kehilangan

20191015_220630_0000.png

Kehilangan, apa yang terlukis dalam benakmu ketika mengingat dengan “kehilangan”?

Beberapa malam ini aku iseng membuka buku bab teori mengenai loss and grieve. Membaca pengertiaannya, faktor-faktor penyebab dan seperti biasanya aku berusaha menghubungkannya. Ibarat seperti pembahasan pada bab 3, lantas ada tidak hubungannya denganku saat ini?

Aku ga tau ini malam keberapa sejak aku memutuskan untuk menerima kehilangan itu. Memang tidak lama kami dekat, namun kurasa aku sudah terlalu dalam memiliki rasa dan berharap bisa bersamanya. Dulu aku pernah sampaikan, kurang lebih 7 tahun yang lalu adalah kali terakhir aku bisa dekat dengan seseorang. Selang lama berlalu, baru kali ini dan berakhirnya pun tidak dengan baik-baik saja.

Malam ini aku memutuskan untuk memasuki ruangan itu. Ruangan tergelap dalam lorong hidupku. Dulu, memasukinnya saja aku enggan. Namun kali ini aku harus. Tanpa lilin, tanpa sinar lampu, benar-benar gelap dan sendirian. Tidak banyak cakap atau pertanyaan ku utarakan. Aku memasuki ruangan itu dalam diam.

Melangkah pelan, setapak demi setapak, meraba-raba dinding yang dingin dan kasar itu. Tanpa bisa melihat apa-apa, semuanya gelap. Memaksakan diri memeluk kehilangan itu. Memeluk kehilangan dalam ruang yang galap itu.

Kemudian semuanya tumpah dan meluap. “Tuhan kapan semua ini berakhir? Mengapa semua ini harus terjadi? Mengapa seberat ini? Mengapa harus aku yang melewati? Mengapa aku, Engkau ijinkan sendirian begini?”, semua terucap dengan pelan dan disertai tangis yang penuh sesak di dada.

Pertanyaan-pertanyaan yang tak seharusnya muncul dalam benakku dan terucap pada-Nya. Sebab kali ini aku hanya ingin menghadapi, mendekati dan merangkul kehilangan itu. Jangan tanya bagaimana dengan harapanku setelah ini. Kali ini aku belum bisa mengatakan apa-apa. Hanya gelap yang terlihat, dan jelas aku ingin semua ini menjadi sementara saja.

Menyadari kehilangan itu artinya berteman akrab dengannya. Menerima realitas tanpa menciptakan seandainya-seandainya yang lain. Merengkuh hati yang entah luluh menjadi sekian kepingan. Terserah dengan kata orang, iya kali ini aku sedang tak sekuat biasanya, aku sedang lemah, dan jelas aku bukanlah super woman.

Memeluknya, menerimanya, menyadarinya; ya kehilangan itu sendiri.

Semangat, Mim!